Hehehe…nampaknya semua jerih payah Sabtu, 16 November 2009Ā lalu di XXI Artha Gading lumayan terbayar juga. Ceritanya benar-benar spontan abiz. Perkara awalnya kita emang ga niat gitu kalo hari ini bakal kesampaian juga nonton di hari ke-2. Sama sohib ngajar, kita jalan dah siang sabtu itu… habis datang di Mamanya Marissa, murid kelas 2… undangan walimatus safar. Nih sohib tiba-tiba aja berbisik mesra…katanya, “Bu, jadi ga’ nih kita…,,,?” Nah lho, batin bilang aku janji apaan ya sama dia? Perasaan kagak pernah bilang janji apapun. Kujawab aja ringan, “apaan sih?” Yaa…dia lupa, katanya. Katanya mau nonton 2012?? Hoho…lupanya nih…lupa, lupa, lupa…!!? apalah hendak di kata?
Awalnya sebelum pemutaran perdananya Jumat lalu, saya memang tengah bergosip ria tentang nih film. Masalahnya saat sohib saya bilang tentanng film ini, saya sama sekali out of the world dah…kagak tahu apa-apa maksudnya. Emang lagi ada acara yang harus saya tangani. Maklum jadi kepala proyeknya jadi agak-agak keliwat gitu kalo ada iklan apalagi tentang 2012 ini.
Sohib saya ini nanya apa saya dah lihat iklan 2012. Dasar saya ga nyambung, jadilah saya bingung, apaan tuh? Ceritalah dia tentang ikaln film yang dia lihat tadi malam. Olala,,,,rupa-rupanya begitu juga yang ditanyakan anak-anak tentang kiamat…walah,,,,nyambung aku sekarang. Yang pertama kali diceritakan sohib saya ini adalah kedahsyatan gambaran filmnya. Baguuuussszzz….zz…sekale katanya. Akhirnya jadilah mungkin saat itu saya spontan ngajak dia nonton sekalian di hari pertama atau keduanya. Pas sabtu itu yang saya bengong mau diajakin ke XXI.
Siangnya langsung kita menghubungi XXI dan yup! Ternyata dah maen. Malahan pas ada yang diputer siang. Berlajulah kami ke XXI. Sampai di sana sekitar pukul 13.50-an. Baru ada lagi ternyata pukul 15.15. Ya sudah. Walah…ternyata dengan 5 loket yang dibuka, antreannya…wuihhh,,,,mantap boo…??! dari loket depan sampai tembok belakang mantap panjangnya. Bahkan selidik punya selidik ternyata banyak yang antre untuk dapetin tiket yangĀ pukul 8 dan 10 malam. Ampuunn…
Sebetulnya kita udah pasrah aja dapet ga dapet ya gimana nanti. Mau antre kok kayaknya ga yakin bakal dapat yang pukul 3 sore. Akhirnya sohib yang punya inisiatif ini meminta kebaikan seorang gadis berkerudung muda yang sedang antre sekitar 6 orang lagi dekat meja tiket depan. Singkatnya akhirnya dapat juga yang pukul 15.15. Memang bangkunya yang row 2 di depan tengah. Tapi ga masalah! Dah nanggung. Mo milih malam, kita kagak milih dah.
Jadi deh akhirnya kita nonton. Asyik dah ngeliat visual effect yang mantapz abiz.Ā Hehehe…apalagi melihat yang maen. Ternyata John Cusack. Malah tadinya ga pernah kepikiran siapa yang maen. Pokoknya nonton aja judulnya.
John Cusack plays the role Jackson Curtis, a divorced writer who occasionally works as a limousine driver: will he be able to save his kids from Emmerichās flood? Hope so! š
Lumayan deh bisa lihat penampilan terkininya John Cusack. Dah jadi bapak-bapak sih tampangnya, tapi lumayan cool banget dan sesuai banget dengan peran yang dia mainkan, penulis buku yang 400-an kopi. Agak cuek namun intutitif juga menurut saya. Jadi semacam oleh-oleh kecil deh soalnya benar-benar ga tau siapa yang maen.Ā Perannya yang saya suka ini ehmmm,,,tentang seorang ayah yang statusnya pisah dari istrinya. Sementara istrinya dah nikah lagi. Dari semua rentetan kejadian yang ditampilkan, sang ayah ini-Jackson Curtis- biar bagaimanapun mempunyai insting untuk menyelamatkan anak-anak dan -bagaimanapun juga- keluarganya meskipun sudah devorced. At least, itulah yang saya suka dari balik perannya. Toh tidak ada bekas ayah dan bekas mama. Apalagi bekas anak. Kecuali bekas suami atau bekas istri (mantan, maksudnye).
Antara kemanusiaan dan ego para pemimpin juga ditampilkan dalam film ini. Bagaimana sikap memutuskan anatara pemimpin dan rakyat yang digambarkan dalam film ini sempat ditinggalkan begitu saja. Namun tetap eksistensi pemimpin sebagai pengambil keputusan juga sangat baik dilukiskan dalam film ini. Pemimpin tetap pemimpin. Para punggawa, semacam ahli geologis atau ahli lainnya memang sekedar pemberi keterangan, namun mereka tetap tau di mana mereka berdiri. Nice…
Ketika saya memperhatikan bagaimana Bahtera itu dibuat dan oleh siapa, lantas saja saya kagum. Kenapa? Jelas dilihat bahwa yang membuat empat bahtera giant itu adalah China. Pekerjanya pun orang China. Dalam pikiran saya kenapa China, ya?? Berarti China ini memang diperihitungkan menjadi bagian dunia yang kredibel dan diandalkan.
Sisi lain…? Ya, ada cuplikan kata-kata yang mengatakan bahwa ini awal kehancuran USA. Namun endingnya tetap aja orang-orang Barat yang selamet…hehehe… ya,,, namanya juga film mereka… ga mungkin juga lah menceritakan seluruh dunia, meskipun bisa aja…
‘Keberuntungan’ dan ‘Kebetulan’ yang kebetulan
Memang awalnya dikisahkan sudah muali terjadi tanda-tanda di tahun 2010. Sepertinya film ini mencoba menampilkan sisi ilmiah dan sisi suku Maya yang diceritaka telah tahu kejadian ini tentang bencana besar tahun 2012. Ya…begitulah alkisahnya. Aksinya cukup memikat. Hampir selama nonton, ga mau ada kehilangan momen, apalagi dasar filosofinya. Bisa ga ngerti sampai ending dah… Hal lainnya juga kalau diperhatikan adalah betapa kebetulan dan keberuntungan yang sangat-sangat ‘dibuat-buat’ nyambung gitu. Mulai dari Jackson yang membawa kedua anaknya liburan di kawasan restricted. Lalu pertemuannya dengan seorang ahli geologis dan peramal nyentrik di tengah kawasan hutan itu yang juga seorang penyiar. Lalu Gordon, suami baru istri Jackson yang ternyata bisa menerbangkan pesawat dua mesin, padahal dia bisanya satu mesin, itupun baru belajar, pertemuan anak presiden dengan si ahli geologis, apalagi pas Jackson kenal dengan bosnya yang orang Rusia itu. Lalu ditolong di daratan China yang juga ‘kebetulan’ mau pergi ke arah bahtera…dan so many lainnya yang bahkan naik ke bahtera sebagai penumpang gelap pun juga sangat kental dengan suasana kebetulan dan keberuntungan yang kentara. Padahal dunia seluas jagad raya ini bisa mempertemukan mereka dengan alur skenario yang sebatas movie. Hahaha…belum lagi si pilot Rusia yang dipanggil Sasha… bisa-bisanya ternyata dia pilot dan pake punya hubungan dengan teman wanitanya Bos Rusia yang kembar anaknya itu…Ampunnn…begitulah namanya film. Nampaknya nih film memang mengetengahkan faktor visual effect dan fiksi ilmiahnya. Grrr…
Masalah visual effect?? Keren. Cuma bagi saya masih keren Jurassic Park!! My favorite movie everrrRR…
Sorotan
Bagi teman-teman saya yang dah nonton. Ada aja namanya komentar. Ya yang bilang ga mungkin lah selamet tuh pesawat, trus masa yang hancur pas ada si Jacksonnya aja. Tempat lain ga ada…aneh..ah, katanya…
Ya namanya juga komentar. Ada aja. Bener khan,,,mengingat tulisan saya yang lalu tentang betapa ‘baik’ sesuatu atau seseorang pasti tidak lepas dari yang namanya komentar miring atau tegak…
Padahal ini film visual effectnya mantap banget. Kata sohib saya yang pade nonton juga ngeri, apalagi benerannya…MasyaAllah katanya! Tapi toh tetap aja ada sisi komentar miringnya.
Masalah larangan MUI? Hmm…saya baru dengar itu pas minggu-minggu ini setelah 2 atau 3 hari nonton. Menyesatkan katanya. Namun begini, menjelang akhir film 2012 yang saya tonton waktu itu, persis ketika adegan penanggalan yang baru, yang tebakan saya ternyata benar juga, kalau dalam film ini ada yang selamat, saya langsung berbisik pada sohib di sebelah kiri saya. Saya bilang begini, “Bu, ini mah namanya bukan kiamat!! Ini mah cuma bencana super duper dahsyat,,,gitu, Buu…! Orang ada yang selamat gitu, kok.
Jadi ketika kemudian ada larangan, sebenarnya malah membuat masyarakat tambah penasaran, lho. Nah…makin nyambung nih sama tulisan saya yang barusan saya posting. Tentang tindakan rekatif. Masyarakat harus paham di satu sisi ini jenis fiksi ilmiah, sementara di sisi lain, akidah kita juga musti kuat! Jangan menelan begitu saja isi cerita, misalnya masalah suku maya atau nilai-nilai lain yang diambil bukan dari nilai sebagai muslim. Itu wajar karena mereka yang membuat. Coba negara-negara muslim berpikir dengan mengangkat hal yang sama dan dahsyat sekalian tentang isi surat Al Insyiqaq, apa ga heboh tuch?? Jadi kalahkan mereka dengan level yang sama. Memperbesar volume begitu, sehingga dengan sendirinya pendengar akan mengarah pada volume yang lebih besar. Begitulah kira-kira my opinion.
Ya…selamat mengambil pelajaran sebijak mungkin…karena Anda adalah pembaca dan penikmat film yang cerdas memilih. Jangan sekedar ikutan, namun Anda punya prinsip sehingga ketika Anda ditanya, Anda tidak bilang, “ehmmmmmmmmmm…….ehmmmmmmm,……gimana ya? Katanya sih… blablabla….”Ā Itu mah ke laut aja.
None of us knows when...but something we must know that we have done the best we can for others and God
Thank you