Cara Lama yang Membantu Bumi

Barusan, saya baru membeli semangkuk bakso dan sebungkus juice jambu biji. Mangkuk yang saya bawa sebenarnya bukan mangkuk beling, namun semacam baskom kaleng model jadul, kalau boleh dibilang demikian. Ada tutupnya pula.

Sambil menunggu jus buah selesai diblender, semangkuk bakso tersebut pun selesai disajikan. Lalu saya pasang tutupnya. Setelah jus selesai disajikan dan saya sudah membayar, saya bawa semangkuk bakso itu. Mangkuk tersebut ada pegangannya di pinggir kanan dan kirinya. Karena dari kaleng, praktis panas. Olalaaa… akhirnya saya turunkan lengan panjang kaos/pakaian yang saya pakai. Alhasil, berhasil juga pesanan saya malam ini saya bawa pulang. Memang sengaja dibawa pulang karena ceritanya untuk makan malam dengan nasi. Sementara bakso yang saya pesan sengaja tidak memakai mi atau bihun. Saya hanya memesan toge dan sawi. Tanpa mecin pula.

Pulangnya saya tersenyum-senyum dan terbersit ingin langsung menulis di blog ini. Kenapa ya saya repot-repot begini? Sebenarnya simple saja. Saya mencoba menerapkan gaya hidup dengan mengurangi penggunaan plastik. Selain untuk mengurangi penambahan sampah anorganik. Dan lagi menggunakan plastik untuk bahan makanan yang panas itu juga memicu kanker (menurut informasi yang pernah saya dapatkan). Akhirnya ya sudah. Setiap mau menikmati bakso atau apapun yang butuh dibungkus, saya lebih memilih makan di tempat saja. Atau kalau memang jaraknya dekat, pakai saja metode lama yang saya praktikkan tadi. Rasanya lucu juga jadi teringat masa lalu waktu plastik belum membudaya, meskipun memang memudahkan, dalam beberapa hal.

Wallahu’alam.

One response to this post.

  1. Posted by Ummi Akhdan on 12 Juli 2011 at 13:16

    Saluuut…untuk bu Thia!!!

    Balas

Tinggalkan komentar