Jika Allah Sudah ‘campur tangan’

Pernahkah Anda merasakan bentuk sebagaimana judul di atas? Apa jadinya jika Allah sudah turun tangan mengatur hidup kita? Bagaimana ini bisa terjadi? Apa untungnya bila hidup kita rela diatur oleh Allah? Pernahkah Anda dihadapkan pada kenyataan untuk memilih dan memutuskan sesuatu di saat yang seharusnya?

Pernahkah anda merasa bahwa hal tersulit dalam hidupnya adalah betapa sulitnya ia mengendalikan dirinya. Ia sulit menempatkan dirinya pada situasi dan orang tertentu. Bagaimana sulitnya ia menatur sikapnya bila bertemu atasannya, atau dipanggil seseorang tanpa tahu mengapa, atau menyikapi hal baru, teman baru, atau (bahkan terhadap lawan jenis, begitulah pikir saya selanjutnya). Bagaimana mungkin pula ia mampu mengatur kata-kata yang keluar? Bagaimana pula bila tidak biasa menanggung resiko atas apa yang kita katakan?

Sebenarnya satu hal yang paling penting bukan sikap, tapi pikiran… Karena bagaimana sikap adalah bagaimana pikiran kita juga.

Apa gunanya kita mengendalikan pikiran kita? Lantas di mana peran Tuhan dalam hal ini? Anda pasti tahu bahwa pikiran kita menentukan siapa diri kita. Itu pasti. Pikiran atau mind itu adalah bentukan profil diri kita yang akan menentukan siapa diri kita.

Lirik Mariah Carey, Hero:

there’s a hero… If you look inside your heart,

you don’t have to be afraid of what you are,

there’s an answer, if you reach into your soul,

and the sorrow that you know, will dissepear.”

Pikiran adalah kendali sikap. Otak memang benda yang rumit namun amazing! Pikiran kita memang menentukan sikap kita. Kelogisan analisis otak kiri dan visualisasi otak kanan yang amazing, akan mengisi pikiran kita tentang banyak hal. Semuanya diimbangi dengan bagaimana pikiran bisa bekerja sama dengan suara hati. Karena Tuhan berkomunikasi melalui gelombang hati kita. Bagaimanapun pertimbangan spiritual kita perlu kita mintakan fatwanya, karena jawabannya ada di hati, kalau kita mau cari.

Mental, pikiran, perasaan. Kombinasi sistem yang rumit namun setiap orang pasti pernah melaluinya. Biasanya pikiran terasah kalau kita sering diskusi, membaca (lisan, tulisan, alam), berargumen, mendengar, dan berani mengungkapkannya. Pada akhirnya pun semakin terasah pikiran kita semakin terasah pula mental berpikir dan bertindak kita, kita pun terbiasa untuk menelaah dan menganalisis setiap langkah kita.

Ketakutan, menghindari masalah, kecemasan, kekhawatiran, kepasifan. Kombinasi sistem yang parah! Intinya pikiran. Sebenarnya sangat disayangkan bila kombinasi ini ada terkumpul dalam satu diri. Ia menjadi seseorang yang menutup diri untuk lebih percaya dengan dirinya. Makin jelaslah bahwa kekurangan dirinya lebih ia lihat dari pada kelebihannya sendiri. Padahal orang lain melihat kebaikan dan kelebihan dirinya. Akhirnya, kepada siapapun ia akan kesulitan melihat dirinya.

Sebenarnya sikap apapun yang kita pilih bila kita telah memutuskan dengan kebijakan diri kita, kita masih punya ‘tangan’ lain yang juga wajibnya kita yakini adanya. Mental kita, pikiran positif kita pada Tuhan, pada akhirnya akan mengantarkan diri kita pada sebuah keyakinan bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita selama kita setia pada nilai-nilai kebaikan. Tuhan akan ‘ikut’ campur tangan bila kita telah berusaha dengan tiada kata menyerah, dengan segenap pikiran, mental, dan hati kita kepada sebuah keyakinan.

Jika Allah sudah campur tangan, berarti kita telah membiarkan kesempurnaan melingkupi diri kita yang lemah.



Tinggalkan komentar