Kutunaikan Janjiku Padaku!

Kisah kali ini benar-benar momen yang unik sekaligus menjadikan diri beda, newest, dan yakin. Sebuah proses dialog yang luar biasa terasa maknanya bagi seorang diri yang bukan siapa-siapa ini, kecuali sebagai hambaNya yang lemah.

Pagi itu, Ahad, 2 Mei 2010, kemarin tepatnya. Saya pergi ke tempat favorit kalau sedang ingin jalan-jalan, kemana lagi kalau bukan ke Gramedia Matraman. Biasa, sampai di perempatan Mambo, saya menunggu bis 948 jurusan Kampung Melayu. Rute dari Priuk menuju Matraman memang yang satu kali naik hanya bis ini. Kalau naik rute lain, waduh! Bisa total 4 kali pergi aja dari rumah. Ampun deh! Ya, masalahnya tuh bis terkenal lama munculnya. Alhasil, sekitar hampir setengah jam saya menunggu akhirnya dapat juga, dan Alhamdulillah bisa duduk juga.

Nah, pas pulangnya ini. Lepas cari buku, hmm…Alhamdulillah dapat 6 buku sekaligus untuk bahan kuliah- saya shalat zuhur. Sekitar pukul 14.00 saya tunggu bis 948 tersebut lewat lagi.

Masyaallah…ternyata lamaaaa….minta ampun. Kalo boleh nyesel mah nyesel kali ya. Tapi Alhamdulillah hati nih lagi diterapi sama ujian-ujian hati akhir-akhir ini 🙂

Hasilnya? Hampir 45 menit menunggu, hati sudah mulai gelisah. Namun sebelum kegelisahan itu mengubah niat naik 948, saya berkata dalam hati, “Ok, kalau 15 menit lagi ga ada, naik lewat Senen aja, deh!”

Akhirnya menunggulah lagi saya. Lima menit sudah lewat, rupanya nih hati makin gelisah aja. Kaki saja sudah bolak-balik kayak setrikaan. Malah nih tangan malah ingin menyetop mikrolet 01A. Tapi serta merta suara hati saya tiba-tiba bilang, “Hei, kamu kan tadi udah komitmen! Apa salahnya kamu tunggu sampai 10 menit lagi? Setidaknya kamu sudah komitmen sama janjimu sendiri!! Apa salahnya sih kamu tunaikan janji kamu sendiri. Kalo kamu akhirnya tidak bisa komitmen begini, mendingan tadi ga usah pake komitmen 15 menit lagi segala! Buat apa! Dari awal aja naik mikrolet, ga usah pake janji!”

Nah, lho! Akhirnya nyadar juga (sementara). Karena lima menit berikutnya mulai gellisah lagi. MasyaAllah deh. Godaan naik mikrolet makin jadi aja. Hampir juga tuh nyetop mikrolet.

Akhirnya saya sabar lagi menanti…menanti…menanti…sampai saya lihat kembali arloji di pergelangan tangan kiri saya, Ya…sudah tepat pukul 15.00.  Saya berencana naik mikrolet saja. Sudah buang-buang waktu nih kalau begini caranya.

Ketika saya hendak melangkah, saya lihat ke kanan. Eh…ternyata drai jauuhhh…banget terlihat bis kuning oranye. Sampai dilihat berulang kali…lihat lagi…lihat lagi… benar!! Ternyata itu bis 948.

Betapa senangnya tak berbilang! Sederhana sebenarnya. Apa sih artinya nunggu bis? Yang membuat saya bangga adalah bahwa ketika saya berkomitmen dengan pernyataan saya sendiri, ternyata Allah memberikan janjinya. Dan perjuangan itu ternyata tidak pernah sia-sia. Hanya bentuknya dan waktunya yang perlu kita maknai. Sebenarnya malah hampir nih badan jingkrak-jingkrak kecil, saking senangnya. Saya jadi tidak menyesali yang terjadi, kayaknya puasss…banget.

Mungkin itulah kombinasi dari niat, itikad, kesabaran, positive thinking, internal dialogue, kecemasan, godaan, ketangguhan, kesetiaan, janji, komitmen, alarm kesadaran, pasrah, tabah, keyakinan, akhirnya….sebuah hadiah.

Keteguhan dan kesetiaan saya pada nilai yang saya buat sendiri tidak boleh dianggap enteng. Saya tidak pernah mengindahkan apa yang saya katakan sendiri selama saya sadar. Karena apa artinya membuat janji atau komitmen bila kita sendiri tidak bisa mengejarnya. Kita ingin pada apa yang dituju. Tapi kita cenderung malas melalui jalan dan persyaratan serta resikonya. Itulah kita, tidak setia.

Tapi itu semua saya syukuri karena saya bisa mengukur kapasitas diri saya sendiri. Komitmen dan kawan-kawannya yang saya sebutkan di atas meniadakan keegoisan saya pada diri saya sendiri. Pada nilai-nilai kebaikan yang saya perjuangkan. Saya tidak menyerah dan saya bersyukur akan hal itu. I never regret for it.

Pelajaran diri yang indah…saya menguji saya sendiri…menjalani tesnya…melihat hasilnya…Alhamdulillah. Allah Maha Tahu segalanya.

2 responses to this post.

  1. Posted by cucu on 3 Mei 2010 at 13:16

    Assalamualaikum.. setelah saya baca artikelnya, kok sama pengalamannya, komitmen pada janji,tadi sore sepulang saya dari lokasi penelitian di daerah garut, kami berlima berkomitmen, nanti pulangnya lebih baik pake bis primajasa jurusan bekasi krn bis2 yg lain selalu ngetem lama, dan keliling2 dulu keluar tol padalarang. Setiap ada bis yang searah dengan jurusan kami tapi bukan primajasa, si calo dan kondekturnya selalu merayu, sudahlah neng bis ini kok yg terakhir, harganya murah kok,bla bla….setengah jam berlalu, primajasa ga nongol2, tiga perempat jam, belum juga, satu jam pun berlalu, belum juga, temen2 mulai gelisah dan mulai menyerah, ketika ada bis yang menawarkan dengan jurusan yg searah tp bukan primajasa mereka mulai tergoda, akhirnya bicara, gmn kalo kita pake bis ini saja yah? saya berpikir kami kan sdh berjam2 menunggu, kalo ujung2nya naik bis yg bukan primajasa knapa tdk dari tadi, ya ga??saya tetap keukeuh dg komitmen tadi, akhirnya beberapa menit kemudian primajasa dateng juga, alhamdulillah kami bisa duduk nyaman dan cepaat sampai tujuan…Berat memang menjalani sebuah komitmen, perlu perjuangan, kesabaran, dan sepakat, ujung2nya hadiah yg indah kan kita raih

    Balas

  2. Posted by ULAN on 13 Mei 2010 at 13:16

    aaaggghhh. . . .

    why didn’t u tell that u’re going 2 gramed matraman?? i was too!
    but, i dont dare if i hve to go alone. . .

    if u’d told me, i would hve addressed d’novel l’m looking 4. it’s 4 my thesis. i found it neither in gramed gading nor papirus. . . what a pity!
    hiks . . . hiks . . .

    anyway, it’s not only about ur loyality of the values u have actually, but also ur loyality of 948. . . hihihi.

    Balas

Tinggalkan komentar