Kenyamanan Haq dan Hakiki Anak-anak Kita (Sebuah Potret)

Gambar

Di sebuah jalan sebuah kawasan tempat tinggal, tempatnya Alhamdulillah cukup baik penataannya. Tidak terlalu padat, meski cukup padat juga dibanding 5-10 tahun lalu. Padatnya bertambah dengan semakin banyaknya anak-anak, sementara tempat tinggal mereka makin sempit karena rumah neneknya yang dibagi dua sehingga makin sempitlah ruang kenyamanan mereka.

Beberapa anak nongkrong pada jam-jam tertentu menjadi pemandangan yang sering kita temui di hampir semua sudut tempat tinggal kita di Jakarta ini. Suara yang semakin bising membuat kenyamanan dan ketenangan semakin langka di kota ini. Sekedar ketenangan saja sudah sangat langka. 

Bermain demprak, layangan, bentengan, kejar-kejaran, bahkan ngobrol saja sudah cukup menimbulkan kebisingan yang tak mereda. Hampir tak kenal waktu. Akhirnya, wajar saja jika sang pemilik rumah ada yang merasa terganggu dengan suara mereka yang bising tak kenal waktu. Memang ada juga karakter tetangga rumah tangga muda yang permisif, kebal, atau memang tidak sedikitpun merasa terganggu. Entah, padahal di depan rumahnya sendiri. Kenyataannya tidak semua pribadi rumah tangga seperti itu, bukan? Apalagi bulan puasa ini, makin jadi saja kadang, petasan seenaknya dipasang, masalahnya tak kenal waktu, dan rusuhnya lagi adalah mereka bukan anak-anak yang tinggal di gang tempat mereka bermain. 

Pertanyaan kadang melas di hati, kok mereka tidak dicari ya oleh orang tua mereka? Kemana orangtuanya hingga anak-anak ini keluyuran entah bagaimana? Sampai harus menerima kekesalan beberapa tuan rumah yang merasa terganggu? Bingung, orangtua yang bagaimana yang membiarkan anak mereka main tak menentu.

Ilustrasi di atas adalah salah satu potret kondisi anak-anak di sekitar kita, menyisakan satu tanya, wahai orangtua, dimanakah kalian? Kalianlah penanggung jawab kebaikan anak-anak kalian.

Anak & Masa Depan

Senyuman anak-anak kita adalah kedamaian. Semuanya menunjukkan ketulusan tanpa beban. Rasanya semua serba damai, tenang, syurga. Segalanya terasa tak ada apa-apanya lagi jika sudah melihat senyuman anak-anak kita. Siapapun itu, kecuali bagi yang begitu redup cahaya hatinya.

Anak-anak di zaman sekarang memang butuh ekstra perhatian. Sederhananya, jika kita melihat profil anak-anak saja kelakuannya seperti gambaran di atas, dan jika keadaan keluarga terdekatnya juga masih begitu, terbayang sudah masa depan mereka yang (sulit kalau mau dibilang cerah). Sikap ini bukan bermaksud pesimis, sama sekali bukan. Artinya, keadaan mereka akan berubah lebih baik bila mereka sendiri mau melakukan perbaikan, terlepas dari seburuk apapun keadaan keluarga mereka. 

Ada juga seorang akhwat muslimah yang sangat baik perilakunya, bahkan seorang yang sangat cinta dengan pergerakan dakwah serta profesional dalam urusannya. Padahal ayahnya adalah pemabuk dan tidak bekerja. Namun jiwanya mencari dan urusan ini memang akhirnya diijabah Allah menjadi hidayah atas kehidupannya. Jadi, bukan semata menyalahkan keadaan, kan?

Anak-anak yang masih belum tentu arah ini sebenarnya memiliki beberapa masalah latar belakang. Pertama, suasana rumah yang tidak nyaman untuk istirahat. Ya, sangat disayangkan bahwa cita-cita keluarga kebanyakan (yang sering mengatakan kami orang miskin :)) belum memberikan kenyamanan yang terbaik buat anak-anak mereka. Sehingga semuanya serba pas-pasan. Semua tergantung cita-cita kita sebenarnya, namun inilah kenyataannya, keadaan sering disalahkan oleh yang punya kehidupan, atas nama manusia. Rumah asalkan bersih dan apik sebenarnya bisa nyaman, namun itulah, lagi-lagi keadaan sehingga untuk rumah kontrakan meski kecil pun ogah untuk berupaya bersih, walaupun ‘ngontrak’ lalu beralasan malas bersih-bersih hanya karena bukan rumahnya, lha, yang tinggal di kontrakan itu jelas mereka, kok, malah tidak sayang pada dirinya sendiri. Sungguh aneh cara berpikir kebanyakan kita yang hampir sulit untuk dikatakan bisa diterima akal sehat. Karena kondisi inilah anak-anak akan cenderung betah di luar rumah. Kasihan.

Kedua, ruang bermain yang semakin berkurang di Jakarta. Akhirnya kebanyakan anak-anak bermain memenuhi jalan raya dan jalan-jalan tempat tinggal kita. Alhasil, bising menjadi tak terhindarkan lagi.

Ketiga, kenyamanan hakiki di rumah. Maksudnya, bagaimana perasaan mereka diayomi. Tidak hanya sekedar jajan, makan, main yang diberikan. Namun pengayoman batin mereka yang kering, jauh dari perhatian orangtua mereka sendiri. Makanya jalan lainnya mereka mencari perhatian orang lain, sehingga kekesalan orang lain sebenarnya perhatian yang mereka butuhkan, meski bukan itu yang sebenarnya mereka inginkan. Pengayoman dan perhatian batin ini yang menjadi kelemahan sebahagian besar keluarga Indonesia.

Allah, semoga keluarga dan para tetangga di sekitar kita diberikan hidayah dan kerahmatan sehingga mereka bisa memberikan yang haq dan hakiki kepada anak-anak kita. Agar keadaan apapun yang melingkupi kita tidak menjadikan mereka dan kita menjadi pribadi yang membuat orang lain tidak nyaman dengan keberadaan kita. Allah, semoga Engkau membimbing mata hati para orangtua kami untuk bisa membimbing kami menuju masa depan yang lebih indah. Semoga hati-hati anak-anak kami, penerus kami, adalah hati yang mampu mendengar nasihat orangtua dan yang lebih tua, semoga tiada dendam menyelusup di hati kita semua. Amin.

 

Tinggalkan komentar